Jumat, 23 Januari 2009

Super Women


Bila setiap kita ditanya siapa wanita super yang ada di hati kita, bisa dipastikan jawabannya adalah ibu, begitupun saya. Meskipun saya tahu ibu saya tak secantik Zulaikha, tak seanggun Cleopatra dan tak seberkuasa seperti Ratu Bilqis, tetapi dialah wanita super yang mendedikasihkan kasih sayangnya sepanjang masa. Sejak kecil hingga tumbuh manjadi dewasa, kasih sayang ibu tak pernah berubah. Ibu saya senantiasa melaksanakan tanggung jawabnya bahkan mengabaikan haknya. Cinta ibu begitu lembut seperti sutra, kehangatannya melebihi selimut domba atau perapian batu bara. Doa dan harapannnya selalu beriringan dengan derap langkah dan cita-cita saya.

Wanita super yang bernama ibu bak mutiara di antara batu-batu biasa. Keprofesionalannya mengalahi manajer perusahaan sekalipun. Ibu bekerja dengan panduan fungsi-fungsi manajemen, yang bekerja dengan perencanaan. Saya tahu betul bagaimana ibu saya merencanakan kelahiran saya dengan sabar menanti kelahiran saya setelah melahirkan tiga abang-abang saya. Kelahiran anak wanita adalah bagian dari rencana dan harapan yang diwujudkan Allah dalam setiap munajatnya. Ibu saya juga mengorganisasikan kehidupan dan rumah tangganya. Selain ibu rumah tangga ibu saya juga berprofesi sebagai petani, jadi dia harus pandai-pandai membagi waktu, hingga ibu saya mendelegasikan kepada abang saya yang ke tiga untuk mengasuh saya, seperti abang saya yang pertama mengasuh adiknya, abang ke dua juga mengasuh yang berrikutnya. Bagi kami anak-anaknya, ibu adalah leading yang memimpin dengan ketepatan intuisi untuk menggantikan tugas bapak saya yang merantau mengadu nasib. Kami juga selalu berada dalam control yang tidak luput dari pengawasannya. Baik saat bermain maupun dalam hal sekolah.

Ibu…ibu…ibu, pantaslah Rasulullah nan mulia begitu santun padanya, bahkan surga itu ada di telapak kakinya, sejak saya masih berstatus sebagai janinnya ibu telah menjadi wanita yang penuh cinta. Rasa sakit yang dialami ketika melahirkan saya tak begitu penting baginya, ketika tahu jeritan tangis pertama saya sebagai anak perempuan yang selama ini dinantinya. Kesabarannya menanti saya tumbuh dewasa membuatnya semakin mahir menjadi baby sitter yang apik merawat bayinya, menjadikannya koki yang tahu makanan sehat yang difavoritkan anaknya, manjadi pramugari yang paripurna pelayanannya, bahkan ibu menjadi guru yang cerdas dalam keterbatasan wawasannya dan menjadi dokter yang pandai menurunkan panas badan dengan sirih, bawang dan air kelapa, semuanya tampak sederhana namun ibu saya tahu bagaimana harus menjadi wanita yang sempurna bagi anak-anaknya.

Saat saya melihat ibu-ibu lain mengasuh anaknya dan mendenganr cerita nenek yang menyaksikan bagaimana ibu saya melahirkan, tahulah saya kalau setiap ibu bekerja dengan standar operasional proses (SOP). Terbayang oleh saya, bagaimana ibu menstabilkan ulah nakal saya ketika menendang perutnya, berbaring salah, duduk gelisah dan berdiri tak kuasa. Saat melahirkan ibu juga tahu bagaimana harus sabar menjalani proses persalinan, darah dan keringatnya berubah menjadi senyum ketika persalinan itu selamat, dan ibu saya juga tahu kalau dia harus menyusui saya, memilihkan menu sehat bagi pertumbuhan saya, memandikan saya pada pagi dan sore hari di waktu yang sama. Seekor nyamuk pun tak direlakannya bila hinggap di tubuh anaknya. Inilah bukti bahwa perlindungan ibu lebih handal dari baju anti peluru sekalipun.

Saat saya sudah menjadi anak-anak ibu saya pindah ikut transmigrasi ke Bengkayang, tepatnya di pedalaman desa Suka Mulia. Saat itu desa ini masih jauh dari peradaban, tak ada listrik, tidur berselimut karung goni dan bayi-bayi tidur dalam anyaman rotan yang dijadikan ayunan. Di sana ibu membuka lahan konservasi dan menorah karet untuk menghidupi kami sekeluarga. Saya salut terhadap ibu saya yang bisa bertahan dengan keterbatasan ekonomi dan berada di tengah-tengan budaya orang-orang Dayak yang berbeda keyakinan. Kalau ukuran sukses dari bertani adalah hasil panen yang melimpah ibu saya bisa dikategorikan sukses, karena ibu saya selalu panen dalam skala besar. Dalam lahan seluas 2 hektar ibu saya menanam cabai, mentimun, kacang panjang, jagung, kacang tanah, singkong dan tanaman jangka panjang seperti sahang, rambutan, mangga, durian, lengkeng, langsat, kemiri, nangka dan jambu mente.itu semualah yang bisa menopang kehidupan keluarga kami hingga tidak satupun dari anak-anaknya yang putus sekolah.

Berbicara tentang sekolah, ibu saya adalah motivator yang ulung. Bayangkan, setiap hari kami harus berjalan kaki sejauh 3 km untuk ke sekolah, jalannya tidak datar tapi berbukit-bukit dan berbatu yang tak kunjung beraspal. Kalau mau pergi sekolah harus turun jam 6 pagi, yang sebelumnya harus mandi dengan air gunung yang menusuk tulang. Tapi ibu saya selalu memberikan motivasi, agar saya bisa tetap sekolah seperti abang-abang saya. Meskipun saya anak perempuan satu-satunya tapi cara ibu mendidik saya sama seperti dia mendidik abang-abang saya. sejak kelas dua SD saya sudah di ajari memasak, mencuci dan mengasuh adik bungsu. Dari itulah saya tumbuh menjadi gadis yang tidak manja. Saya tidak menyangka kalau cara mendidik ibu saya ternyata membuat saya bisa hidup mandiri.

Sekarang saya anaknya telah tumbuh menjadi dewasa. Atas nama cinta saya bangga dengan didikan ibu saya. Ibu mendidik dengan sekolah alam bebas yang tak terbatas oleh dinding ruang. Cinta ibu sungguh tak berbalas, bahkan ibu bernyanyai “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Ya..itulah nyanyian yang dengannya Allah memerintahkan kapada kita “…maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al-Isra/ 17:23). Kalau saya masih punya kesempatan saya berharap bisa cium mesra pipinya, peluk manja tubuhnya atau mengucapkan kata-kata romantis dalam setiap hari-harinya, tapi semua itu tinggal berbalut doa, setelah ibu saya pergi selama-lamanya saat saya masih duduk di kelas dua SMA. Beruntunglah yang masih bisa hidup bersama kedua orang tuanya, lakukanlah yang terbaik karena suatu saat anda akan kehilangannnya.

Oleh : Rita zahara

Utusan : STAIN

No HP : 081256665601

1 komentar:

  1. Jangan Chating terus ya!ingat yang perlu diperhatikan bisnis kita.key

    BalasHapus